PENDAHULUAN
Al-Qur’an memuat masalah halal-haram, perintah
dan larangan, sebagai sumber inspirasi moralitasdan akhlak. Setiap muslim diperintahkan untuk pegang
teguh pada prinsip-prinsip al-Qur’an agar memperoleh keberuntungan di sisi Allah.
Fitrah manusia adalah
tipe makhluk yang memiliki rasa keingintahuan yang asangat besar terhadap
bermacam-macam hal. Untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut dan memudahkan
untuk memahami al-Qur’an, kisah –kisah dituturkan untuk memudahkan memahami
dan mengambil hikmahnya.
Manusia akan
lebih mudah mencerna dan mengambil hikmah dan teladan dari kisah atau cerita
daripada dengan teori yang rumit atau aturan-aturan yang belum bisa dibayangkan.
Karenanya al-Qur’an banyak menuturkan kisah-kisah baik masa Rasulullah ataupun
kisah sebelum Rasulullah dan kaum yang hancur karena tidak patuh dengan Allah.
Dalam makalah
ini penulis akan memfokuskan pada Kisah Dalam al-Quran meliputi; pengertian Kisah dalam Al-Qur’an ,
macam-macam kisah dalam al-Qur’an, hikmah kisah dan hikmah pengulangannya,
pengaruhnya terhadap aspek pendidikan dan objek yang disikahkan dalam al-Quran.
PEMBAHASAN
KISAH DALAM AL-QUR’AN
A. Pengertian kisah
Kisah berasal dari bahasa arab bentuk masdar yaitu قصّا
atau قصصا
artinya menceritakan.[1] Dalam al-quran ada bermacam arti qashah
seperti dalam surah al-Kahfi, qashash yaitu mencari jejak atau mengikuti jejak. Qashash juga bisa bermakna urusan, berita, kabar atau keadaaan. Atau
berita yang berurutan.[2]
Kata tersebut berasal dari al-Qur’an yang berarti menelusuri jejak seprti dalam
firman Allah:
tA$s%
y7Ï9ºs $tB $¨Zä. Æ÷ö7tR 4 #£s?ö$$sù
#n?tã $yJÏdÍ$rO#uä
$TÁ|Ás% ÇÏÍÈ
Musa berkata: "Itulah (tempat) yang
kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
Sesungguhnya ini adalah kisah yang
benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah
ôs)s9 c%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouö9Ïã
Í<'rT[{
É=»t6ø9F{$#
3 $tB tb%x. $ZVÏtn 2utIøÿã
`Å6»s9ur
t,ÏóÁs? Ï%©!$#
tû÷üt/ Ïm÷yt @ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sã [4]
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman.
Menurut istilah
kisah dalam al-Qur’an adalah pemberitaan Al Qur’an mengenai hal ihwal ummat yang
telah lalu, nubuwat (kenabian) yang
terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. [5] hal ini meliputi
keterangan peristiiwa yang terjadi,sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri serta
menerangkan sisa-sisa dari kaum purba.[6]
Kata Kisah dalam
derifasinya digunakan dalam al-Qur’an sebanyak 26 kali. [7]
kisah yang ada pada la-Qur’an berbeda dengan kisah pada umumnya. Sebagaimana dalam surat Yusuf ayat tiga
ß`øtwU Èà)tR y7øn=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$#
!$yJÎ/ !$uZøym÷rr& y7øs9Î)
#x»yd tb#uäöà)ø9$#
bÎ)ur
|MYà2
`ÏB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 úüÎ=Ïÿ»tóø9$# ÇÌÈ
Kami menceritakan kepadamu kisah yang
paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu
sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum
mengetahui.
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa kisa-kisah yang ada pada al-Qur’an adalah
kisah yang paling baik dibandingkan dengan kisah-kisah yang ada pada umunya.
B. Macam-macam kisah dalam al-Quran
Kisah dalam al-Quran diklasifikasikan dalam tiga bagian,
yaitu
1.
Kisah para nabi
Kisah para nabi adalah kisah yang
benar adanya, kisah dari zaman azali sebelum ada kisah-kisah lainnya. Kisah
paranabi ini untuk mengambil pelajaran dan nasehat yang baik, dan untuk
mendatangkan manfaat serta kebaikan bagi manusia.[8]
2.
Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi dan orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya.
Dalam al-Quran juga diceritakan kisah tentang
bangsa-bangsa yang kuno. Yang tidak meninggalkan bekas maupun tanda-tanda yang
menunjukkan kabar mereka.[9]
Dalam al-Quran juga memberitahuan mengenai
kejadian-kejadian pada masa datang. Yang tidak seorangpun mempunyai pengetahuan
tentang hal itu. Sebagimana firman Allah swt:
$O!9# ÇÊÈ ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ þÎû oT÷r& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ cqç7Î=øóuy ÇÌÈ Îû ÆìôÒÎ/ úüÏZÅ 3 ¬! ãøBF{$# `ÏB ã@ö6s% .`ÏBur ß÷èt/ 4 7ͳtBöqtur ßytøÿt cqãZÏB÷sßJø9$# ÇÍÈ [10]
1. Alif laam Miim 2. telah dikalahkan bangsa Rumawi 3. di
negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. 4. dalam
beberapa tahun lagi bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).
dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang
beriman,
3.
Kisah yang berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa Rasulullah.seperti perang badardan uhud yang diterangkan
dalam surat al-Imron, perang Hunain dan tabuk yang diterangkan dalam Surat
al-Taubah,
C. Hikmah kisah dalam al-Qur’an
Setiap orang yang
ingin menceritakan atau menulis sebuah cerita, ia pasti memiliki sebuah tujuan
yang ingin dicapainya. Begitupun dengan adanya kisah dalam al-Qur’an, Jika ditelaah
kisah-kisah al-Quran dengan saksama,
akan dipahami bahwa dengan perantara kisah-kisah , Allah ingin
menyampaikan inti penting yang dikemas dalam bentuk cerita dan kisah tersebut. Di antara hikmah kisah-kisah dalam al-Qur’an
ialah:
1.
Menjelaskan
dasar-dasar dakwah agama Allah dan menerangkan pokok-pokok syariat yang
disampaikan oleh para Nabi.
!$tBur
$uZù=yör&
`ÏB Î=ö6s% `ÏB @Aqߧ wÎ) ûÓÇrqçR Ïmøs9Î)
¼çm¯Rr& Iw
tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbrßç7ôã$$sù
ÇËÎÈ [11]
dan Kami tidak mengutus seorang
Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak
ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan
aku".
2.
Mengokohkan
hati Nabi Muhammad dan umatnya dalam
beragama dengan agama Allah dan menguatkan kepercayaan orang-orang mukmin tentang datangnya
pertolongan Allah dan hancurnya kebatilan.
yxä.ur
Èà)¯R y7øn=tã ô`ÏB
Ïä!$t6/Rr& È@ß9$# $tB àMÎm7sVçR ¾ÏmÎ/ x8y#xsèù 4 x8uä!%y`ur Îû ÍnÉ»yd
,ysø9$#
×psàÏãöqtBur 3tø.Ïur
tûüÏYÏB÷sßJù=Ï9 ÇÊËÉÈ [12]
dan semua kisah
dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
3.
Mengabadikan usaha-usaha
para nabi dan pernyataan Nabi dahulu adalah benar serta mengabadikan jejak dan
peninggalannya.
4.
Memperlihatkan
kebenaran nabi Muhammad dalam dakwahnya dengan dapat menerangkan
keadaan-keadaan umat yang telah lalu.[13]
5.
Menyibak
kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membenarkan keterangan dan petunjuk
yang mereka sembunyikan, seperti dalam Firman Allah:
* @ä. ÏQ$yè©Ü9$# tb$2
yxÏm ûÓÍ_t6Ïj9 @ÏäÂuó Î) wÎ) $tB tP§ym ã@ÏäÂuó Î) 4n?tã ¾ÏmÅ¡øÿtR `ÏB È@ö6s% br& tA¨t\è?
èp1uöqG9$# 3
ö@è% (#qè?ù'sù Ïp1uöqG9$$Î/ !$ydqè=ø?$$sù
bÎ) öNçGZä.
úüÏ%Ï»|¹
semua makanan
adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil
(Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan Katakanlah:
"(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat),
Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah Dia jika kamu orang-orang yang
benar".[14]
6.
Mengemukakan permusuhan kuno syaitan terhadap umat manusia di mana ia selalu
menanti kesempatan untuk menyesatkannya. Kisah Nabi Adam adalah sebuah contoh
riil untuk hal ini.
7.
Membenarkan kabar-kabar gembira
dan peringatan-peringatan secara nyata dengan memberikan contoh-contoh nyata
tentang hal itu. Semua itu adalah suatu implementasi dari rahmat Ilahi bagi orang-orang
yang taat kepada Allah dan azab Ilahi bagi para pembangkang.
D. Hikmah pengulangan kisah dalam al-Qur’an
Pola kisah merupakan salah satu gaya
bahasa Al-Quran. Selain itu, ada pula pola pengulangan suatu kisah atau
penggambaran situasi yang hampir sama dalam beberapa surah. Setiap pengulangan
tersebut, redaksi dan konteksnya berbeda. Ini akan membuka makna baru dengan
manfaat yang berbeda, sehingga tidak akan membosankan. Beberapa kisah diulang-ulang dalam al-Quran dalam beberapa surat yang berbeda, kadang
bentuk redaksinya panjang dan kadang-kadang pendek.[15]
Ada sekitar 75 ayat
dalam 25 surah kisah tentang Nabi Ibrahim. Hampir 2/3 isi Surah al-Baqarah
adalah kisah tentang Musa, hingga sahabat Nabi sempat bertanya seakan-akan
Al-Quran ini diturunkan untuk Musa. Hanya kisah Nabi Yusuf yang diceritakan
secara runut di dalam Surah Yusuf. Ada banyak hikmah di balik pengulangan kisah
dalam berbagai surah Al-Quran. Para ulama menjelaskan,
semua itu berfungsi agar kisah dan hikmahnya dapat dipahami secara gradual.
Adanya perbedaan redaksi dan susunan kata tentang suatu peristiwa merupakan
salah satu bentuk ketinggian bahasa dan sastra Al-Quran.
Ini ada hikmahnya pengulangan kisah dalam Al-Qur’an yaitu:
1.
Menampakkan
kekuatan i’jaz. Sebab mengemukakan suatu makna dalam beragai bentuk susunan
kalimat di mana salah satu bentuk tak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab,
merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa al-Qur’an itu datang dari sisi
Allah.
2.
Memberikan
perhatian penuh pada kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap danmelekat
dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah
satu cara pengukuhan dan indikasi betapa besarnya perhatian. Misalnya kisah
Musa dengan Fir’aun. Kisah ini menggambarkan secara sempurna pergulatan sengit
antara kebenaran dengan kebathilan. Dan sekalipun kisah ini sering diulang,
tetapi pengulangannya tidak pernah terjadi dalam sebuah surah
3.
Menandaskan
kebalaghahan Al-Qur’an dalam bentuk yang paling tinggi.[16]
Sebab di antara keistimewaan balaghah adalah
mengungkapkan sebuah makna dalam berbagai bentuk yang berbeda. Dan kisah yang
berulang ini dikemukakan di setiap tempat dalam uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan
dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan
karenanya, bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru yang tidak
didapatkan di saat membacanya di tempat yang lain.
4.
Perbedaan
tujuan yang karenanya kisah itu diungkapkan. Sebagian darimakna-makana
diterangkan di satu tempat berdasarkan keperluan dan makna lain diterangkan dikemukakan di
tempat lain sesuai dengan tuntutan keadaan.[17]
E. Pengaruh kisah dalam al-Quran dalam aspek pendidikan
Jika menelaah kisah-kisah al-Quran dengan saksama,
akan memahami bahwa dengan perantara kisah-kisah itu Allah ingin menyampaikan
inti penting yang dikemas dalam bentuk cerita dan kisah. Penuturan kisah-kisah
dalam Al-Qur’an sarat dengan muatan edukatif bagi manusia, khususnya pembaca
dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari metode pendidikan
yang efektif bagi pembentukan jiwa yang mentauhidkan Allah swt.[18]
Karena itu ditegaskan Allah swt
öqs9ur
$oYø¤Ï© çm»uZ÷èsùts9 $pkÍ5
ÿ¼çm¨ZÅ3»s9ur t$s#÷zr&
n<Î)
ÇÚöF{$#
yìt7¨?$#ur çm1uqyd 4 ¼ã&é#sVyJsù
È@sVyJx.
É=ù=x6ø9$# bÎ) ö@ÏJøtrB Ïmøn=tã ô]ygù=t ÷rr&
çmò2çøIs? ]ygù=t 4 y7Ï9º© ã@sVtB ÏQöqs)ø9$#
úïÏ%©!$# (#qç/¤x. $uZÏG»t$t«Î/ 4 ÄÈÝÁø%$$sù }È|Ás)ø9$# öNßg¯=yès9 tbrã©3xÿtFt ÇÊÐÏÈ
dan
kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya
(juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir.
Jika ditelaah secara
lebih jauh, kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat muatan kisah-kisah
turun saat Nabi Muhammad saw di kota Makkah (periode Makkiyyah). Seperti
dimaklumi, periode tersebut prioritas dakwah Rasulullah lebih banyak diarahkan
pada penanaman aqidah tauhid. Hal ini memberikan isyarat bahwa, kisah-kisah
sangat berpengaruh bagi upaya untuk mendidik seseorang yang awalnya belum
memiliki keyakinan tauhid menjadi hamba Allah yang bertauhid. Selain itu, pada
periode Makkah Nabi Saw juga banyak mengadakan upaya penanaman akhlaq
al-karimah dari kebiasaan-kebiasan masyarakat jahiliyyah yang
berperilaku tidak baik. Pemberian contoh kisah-kisah umat terdahulu beserta
akibat yang dialami bagi orang yang menentang perintah Allah serta berperilaku
tidak baik secara tidak langsung mengetuk hati orang yang merenungkan hikmah di
balik kisah tersebut. Kisah menjadi sarana yang lembut untuk merubah kesalahan
dan kekufuran suatu komunitas masyarakat, dengan tidak secara langsung
menyalahkan atau menggurui mereka. [19]
Seorang pendidik harus
mampu memberikan variasi metode mengajar dengan menyisipi berbagai carita dan
kisah yang relevan dengan materi dan tujuan pengajaranDalam realitas masyarakat
saat ini, maraknya penayangan film baik dalam layar lebar maupun layar kaca,
penayangan sinetron, teater, kesenian tradisional ketoprak ataupun wayang kulit
merupakan bagian tak terpisahkan dari bentuk kisah-kisah atau cerita-cerita yang
dikemas dengan berbagai sarana. Semua sarana kisah tersebut tentu sangat
memberikan pengaruh bagi sikap (afektif) maupun kejiwaan (psikomotorrik) para
pemirsa maupun pendengarnya. Kenyataan ini menunjukkan betapa pentingnya
kisah-kisah bagi kehidupan manusia. Karena itu, sangatlah tepat jika dalam
Al-Qur’an tidak terdapat kisah-kisah ataupun cerita-cerita yang biasa dijadikan
rujukan bagi kehidupan manusia. Dunia pendidikan pada hakikatnya menjadi upaya
menjelaskan hasil eksperimentasi sebuah kisah kehidupan umat manusia sepanjang
sejarah. Namun, dalam pendidikan tentu tidak akan mengambil semua kisah, hanya
kisah-kisah yang positif dan konstruktif yang dijadikan rujukan. Pengambilan
kisah teladan ini sekaligus memiliki kesamaan dengan misi al-Qur’an yang ingin
membawa manusia kepada sosok insan paripurna (al-insan al-kamil) yang
memiliki budi pekerti yang luhur (al-akhlaq al-karimah).[20]
Begitu pula sangat
selaras dengan misi Rasulullah SAW yang diutus untuk membawa rahmat bagi alam
semesta. Pendidikan yang baik pada ujungnya juga ingin membawa manusia serta
kehidupan di dunia ini bisa sejahtera secara lahir dan batin, suatu kehidupan
yang dipenuhi dengan sikap saling merahmati antara sesama manusia, bahkan juga
sesama makhluk di bumi ini.[21]
F.
Objek
yang dikisahkan dalam al-Qur’an
- Pelaku (al-Syaksy). Dalam Al-Qur’an para aktor dari kisah tersebut tidak hanya manusia, tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hud-hud.
- Peristiwa (al-Haditsah). Unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam suatu cerita, sebab tidak mungkin, ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya. Berkaitan peristiwa, sebagian ahli membagi menjadi tiga, yaitu
a) peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan
dan campur tangan qadla-qadar Allah dalam suatu kisah.
b) peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut
mukjizat sebagai tanda bukti kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun
mereka tetap mendustakannya lalu turunlah adzab.
c) peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang
dikenal sebagai tokoh yang baik atau buruk, baik merupakan rasul maupun manusia
biasa.
- Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa. Isi percakapan dalam Al-Qur’an pada umumnya adalah soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitan manusia, keesaan Allah, pendidikan . Dalam hal ini Al-Qur’an menempuh model percakapan langsung. Jadi Al-Qur’an menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya. [22]
PENUTUP
Dari uraian makalah di atas kita dapat diambil
beberapa kesimpulan diantaranya:
1. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam dan manusia
seluruh alam yang tidak dapat diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang
zaman, baik masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
2. Sebagian isi kandungan dalam Al-Qur’an kebanyakan
memuat tentang qashas (sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran
bagi umat sekarang (umat Islam).
3. Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Al-Qur’an
tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
4. Tujuan kisah Al-Qur’an adalah untuk memberikan
pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan
ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan
yang baik dan benar.
5. Kisah dalam Al-Qur’an dibedakan tiga macam, yaitu:
kisah dakwah para nabi, kejadian umat terdahulu dan kejadian di zaman
Rasulullah Muhammad saw.
6. objek kisah Al-Qur’an juga ada tiga, yakni: adanya
Pelaku, kejadian atau peristiwa dan percakapan.
7. Inti dari fungsi kisah dalam Al-Qur’an adalah untuk
dakwah menegakkan kalimat tauhid, membantah kebohongan kaum kafir serta
menjadikannya sebagai pelajaran yang amat berharga bagi umat Islam.
Daftar Pustaka
A.W. Munawwir, Kamus
Al-Munawir Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih,terj. Moh.Zuhri dan Ahmad Qarib Semarang: Dina Utama, 1994.
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. Ilmu-Ilmu Alquran.
Jakarta: Bulan Bintang. 1972.
Fajrul Munawir dkk. Al-Quran. Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Ibnu Katsir. Qashash Al-Anbiya. terj. Dudi
Rosyadi. Jakarta: Pustaka Kautsar. 2012
Jurnal Al-Bidayah jurnal
pendidikan guru madrasah ibtidaiyah. Yogyakarta: UIN Suka
Press, 2009.
Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Quran, trj. Maulana
Hasanuddin, Jakarta: Pustaka Nusantara,
2009.
Mushaf Al-Qur’an.
[2] Hasbi Ash-Shidiqi, Ilmu-Ilmu
Alquran. Jakarta: Bulan Bintang. 1972, hlm.179.
[3] Q.S. Al- Imran (3): 62.
[4] Q.S.Yusuf(11):111.
[5]Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu
Qur’an, terj. Maulana Hasanuddin, (Jakarta:
Pustaka Nusantara, 2009), hlm. 435-436.
[6] Hasbi asy-Shidiqi,
ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta: Bulan Bintang. 1972, hlm.179
[7] Jauhar Hatta Hasan,
Urgensi Kisah Kisah dalam Al Qur’an Al Karim bagi Proses Pembelajaran PAI pada MI/SD,
dalam Jurnal Al-Bidayah: jurnal pendidikan guru madrasah
ibtidaiyah,( Yogyakarta: Uin Suka Press, 2009),
hlm. 23.
[8]
Baca Tim Pentahkik, Mukaddimah Kisah Para Nabi,Kisah Terbaik, dalam Ibnu Katsir, Qashash Al-Anbiya, terj. Dudi Rosyadi, (Jakarta:
Pustaka kautsar, 2012), hlm. 1-5
[9] Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih,
(Semarang: Dina Utama, 1994), hlm. 32.
[10] Q.S. Ar-Rum (30):1-4)
[11] Q.S. Al-Anbiya’(21):25.
[12] Q.S. Hud (11): 120.
[13] HasbyAsh-Shiddiqey, Ilmu-ilmu Al-Quran... hlm. 180. Dan mana’
[14] Sesudah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka
sebagai hukuman. Nama-nama makanan itu disebut di dalamnya. Lihat selanjutnya
surat An Nisa' ayat 160 dan surat Al An'aam ayat 146. Al-Qur’an dan Terjemah
Departemen Agama Islam Republik Indonesia.
[15] HasbyAsh-Shiddiqey, Ilmu-ilmu Al-Quran... hlm. 181.
[16]Ibid., hlm. 181.
[17] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an, hlm.438.
[18] Jauhar Hatta Hasan, Urgensi Kisah Kisah dalam Al Qur’an
Al Karim bagi Proses Pembelajaran PAI pada MI/SD, dalam Jurnal Al-Bidayah...hlm.35.
[19] Ibid., hlm. 36.
[20] Baca Manna Khalil al-Qattan, studi
ilmu-ilmu Qur”an...hlm.441.
[21] Ibid.,hlm.36-37
[22] Fajrul Munawir dkk. Al-Quran.
(Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005). Hlm. 108-109
Tidak ada komentar:
Write komentar