Senin, 27 Februari 2017

Kisah Dalam al-Quran



PENDAHULUAN
 Al-Qur’an memuat masalah halal-haram, perintah dan larangan, sebagai sumber inspirasi moralitasdan akhlak.  Setiap muslim diperintahkan untuk pegang teguh pada prinsip-prinsip al-Qur’an agar memperoleh keberuntungan  di sisi Allah. 
Fitrah manusia adalah tipe makhluk yang memiliki rasa keingintahuan yang asangat besar terhadap bermacam-macam hal. Untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut dan memudahkan untuk memahami al-Qur’an, kisah –kisah dituturkan untuk memudahkan memahami dan  mengambil hikmahnya.
Manusia akan lebih mudah mencerna dan mengambil hikmah dan teladan dari kisah atau cerita daripada dengan teori yang rumit atau aturan-aturan yang belum bisa dibayangkan. Karenanya al-Qur’an banyak menuturkan kisah-kisah baik masa Rasulullah ataupun kisah sebelum Rasulullah dan kaum yang hancur karena tidak patuh dengan Allah.
Dalam makalah ini penulis akan memfokuskan pada Kisah Dalam al-Quran  meliputi; pengertian Kisah dalam Al-Qur’an , macam-macam kisah dalam al-Qur’an, hikmah kisah dan hikmah pengulangannya, pengaruhnya terhadap aspek pendidikan dan objek yang disikahkan dalam al-Quran.  













PEMBAHASAN
KISAH DALAM AL-QUR’AN
A.  Pengertian kisah
Kisah berasal dari bahasa arab  bentuk masdar yaitu قصّا   atau  قصصا  artinya menceritakan.[1] Dalam al-quran ada bermacam arti qashah  seperti dalam surah al-Kahfi, qashash  yaitu mencari jejak atau mengikuti jejak. Qashash juga bisa bermakna urusan, berita, kabar atau keadaaan. Atau berita yang berurutan.[2]   Kata tersebut berasal dari al-Qur’an  yang berarti menelusuri jejak seprti dalam firman Allah:
tA$s% y7Ï9ºsŒ $tB $¨Zä. Æ÷ö7tR 4 #£s?ö$$sù #n?tã $yJÏdÍ$rO#uä $TÁ|Ás% ÇÏÍÈ     
Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
 ¨bÎ) #x»yd uqßgs9 ßÈ|Ás)ø9$# ,ysø9$# 4 $tBur ô`ÏB >m»s9Î) žwÎ) ª!$# 4 žcÎ)ur Þ[3]  
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah
ôs)s9 šc%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouŽö9Ïã Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 $tB tb%x. $ZVƒÏtn 2uŽtIøÿム`Å6»s9ur t,ƒÏóÁs? Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ Ÿ@ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sム[4]  
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Menurut istilah kisah dalam al-Qur’an adalah pemberitaan Al Qur’an mengenai hal ihwal ummat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. [5] hal ini meliputi keterangan peristiiwa yang terjadi,sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri serta menerangkan sisa-sisa dari kaum purba.[6]
Kata Kisah dalam derifasinya digunakan dalam al-Qur’an sebanyak 26 kali. [7] kisah yang ada pada la-Qur’an berbeda dengan kisah pada umumnya.  Sebagaimana dalam surat  Yusuf ayat tiga
 ß`øtwU Èà)tR y7øn=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$# !$yJÎ/ !$uZøym÷rr& y7øs9Î) #x»yd tb#uäöà)ø9$# bÎ)ur |MYà2 `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 šúüÎ=Ïÿ»tóø9$# ÇÌÈ    
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa kisa-kisah yang ada pada al-Qur’an adalah kisah yang paling baik dibandingkan dengan kisah-kisah yang ada pada umunya.

B.  Macam-macam kisah dalam al-Quran
Kisah dalam al-Quran diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu
1.    Kisah para nabi
Kisah para nabi adalah kisah yang benar adanya, kisah dari zaman azali sebelum ada kisah-kisah lainnya. Kisah paranabi ini untuk mengambil pelajaran dan nasehat yang baik, dan untuk mendatangkan manfaat serta kebaikan bagi manusia.[8] 
2.    Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya.
Dalam al-Quran juga diceritakan kisah tentang bangsa-bangsa yang kuno. Yang tidak meninggalkan bekas maupun tanda-tanda yang menunjukkan kabar mereka.[9]
Dalam al-Quran juga memberitahuan mengenai kejadian-kejadian pada masa datang. Yang tidak seorangpun mempunyai pengetahuan tentang hal itu. Sebagimana firman Allah swt:

$O!9# ÇÊÈ   ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ   þÎû oT÷Šr& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ šcqç7Î=øóuy ÇÌÈ   Îû ÆìôÒÎ/ šúüÏZÅ 3 ¬! ãøBF{$# `ÏB ã@ö6s% .`ÏBur ß÷èt/ 4 7ͳtBöqtƒur ßytøÿtƒ šcqãZÏB÷sßJø9$# ÇÍÈ   [10]
1. Alif laam Miim 2. telah dikalahkan bangsa Rumawi 3. di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. 4. dalam beberapa tahun lagi bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
3.     Kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa Rasulullah.seperti perang badardan uhud yang diterangkan dalam surat al-Imron, perang Hunain dan tabuk yang diterangkan dalam Surat al-Taubah,

C.  Hikmah kisah dalam al-Qur’an
Setiap orang yang ingin menceritakan atau menulis sebuah cerita, ia pasti memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapainya. Begitupun dengan adanya kisah dalam al-Qur’an, Jika ditelaah kisah-kisah al-Quran dengan saksama,  akan dipahami bahwa dengan perantara kisah-kisah , Allah ingin menyampaikan inti penting yang dikemas dalam bentuk cerita dan kisah tersebut.  Di antara hikmah kisah-kisah dalam al-Qur’an ialah:
1.        Menjelaskan dasar-dasar dakwah agama Allah dan menerangkan pokok-pokok syariat yang disampaikan oleh para Nabi.
!$tBur $uZù=yör& `ÏB šÎ=ö6s% `ÏB @Aqߧ žwÎ) ûÓÇrqçR Ïmøs9Î) ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbrßç7ôã$$sù ÇËÎÈ   [11]
dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku".
2.        Mengokohkan hati Nabi  Muhammad dan umatnya dalam beragama dengan agama Allah dan menguatkan kepercayaan  orang-orang mukmin tentang datangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebatilan.
yxä.ur Èà)¯R y7øn=tã ô`ÏB Ïä!$t6/Rr& È@ߍ9$# $tB àMÎm7sVçR ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù 4 x8uä!%y`ur Îû ÍnÉ»yd ,ysø9$# ×psàÏãöqtBur 3tø.ÏŒur tûüÏYÏB÷sßJù=Ï9 ÇÊËÉÈ [12] 
dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
3.        Mengabadikan usaha-usaha para nabi dan pernyataan Nabi dahulu adalah benar serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4.        Memperlihatkan kebenaran nabi Muhammad dalam dakwahnya dengan dapat menerangkan keadaan-keadaan umat yang telah lalu.[13]
5.        Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membenarkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan, seperti dalam Firman Allah:
* @ä. ÏQ$yè©Ü9$# tb$Ÿ2 yxÏm ûÓÍ_t6Ïj9 Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) žwÎ) $tB tP§ym ã@ƒÏäÂuŽó Î) 4n?tã ¾ÏmÅ¡øÿtR `ÏB È@ö6s% br& tA¨t\è? èp1uöq­G9$# 3 ö@è% (#qè?ù'sù Ïp1uöq­G9$$Î/ !$ydqè=ø?$$sù bÎ) öNçGZä. šúüÏ%Ï»|¹    
semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah Dia jika kamu orang-orang yang benar".[14]
6.        Mengemukakan permusuhan kuno syaitan terhadap umat manusia di mana ia selalu menanti kesempatan untuk menyesatkannya. Kisah Nabi Adam adalah sebuah contoh riil untuk hal ini.
7.        Membenarkan kabar-kabar gembira dan peringatan-peringatan secara nyata dengan memberikan contoh-contoh nyata tentang hal itu. Semua itu adalah suatu implementasi dari rahmat Ilahi bagi orang-orang yang taat kepada Allah  dan azab Ilahi bagi para pembangkang.
D.  Hikmah pengulangan kisah dalam al-Qur’an
Pola kisah merupakan salah satu gaya bahasa Al-Quran. Selain itu, ada pula pola pengulangan suatu kisah atau penggambaran situasi yang hampir sama dalam beberapa surah. Setiap pengulangan tersebut, redaksi dan konteksnya berbeda. Ini akan membuka makna baru dengan manfaat yang berbeda, sehingga tidak akan membosankan. Beberapa kisah diulang-ulang dalam al-Quran  dalam beberapa surat yang berbeda, kadang bentuk redaksinya panjang dan kadang-kadang pendek.[15] 
Ada sekitar 75 ayat dalam 25 surah kisah tentang Nabi Ibrahim. Hampir 2/3 isi Surah al-Baqarah adalah kisah tentang Musa, hingga sahabat Nabi sempat bertanya seakan-akan Al-Quran ini diturunkan untuk Musa. Hanya kisah Nabi Yusuf yang diceritakan secara runut di dalam Surah Yusuf. Ada banyak hikmah di balik pengulangan kisah dalam berbagai surah Al-Quran. Para ulama menjelaskan, semua itu berfungsi agar kisah dan hikmahnya dapat dipahami secara gradual. Adanya perbedaan redaksi dan susunan kata tentang suatu peristiwa merupakan salah satu bentuk ketinggian bahasa dan sastra Al-Quran.
 Ini ada hikmahnya pengulangan kisah  dalam Al-Qur’an yaitu:
1.        Menampakkan kekuatan i’jaz. Sebab mengemukakan suatu makna dalam beragai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk tak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab, merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa al-Qur’an itu datang dari sisi Allah.
2.        Memberikan perhatian penuh pada kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap danmelekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan indikasi betapa besarnya perhatian. Misalnya kisah Musa dengan Fir’aun. Kisah ini menggambarkan secara sempurna pergulatan sengit antara kebenaran dengan kebathilan. Dan sekalipun kisah ini sering diulang, tetapi pengulangannya tidak pernah terjadi dalam sebuah surah
3.        Menandaskan kebalaghahan Al-Qur’an dalam bentuk yang paling tinggi.[16] Sebab di antara keistimewaan balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna dalam berbagai bentuk yang berbeda. Dan kisah yang berulang ini dikemukakan di setiap tempat dalam uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan karenanya, bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru yang tidak didapatkan di saat membacanya di tempat yang lain.
4.        Perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu diungkapkan. Sebagian darimakna-makana diterangkan di satu tempat berdasarkan keperluan  dan makna lain diterangkan dikemukakan di tempat lain sesuai dengan tuntutan keadaan.[17]

E.  Pengaruh kisah dalam al-Quran dalam aspek pendidikan
Jika menelaah kisah-kisah al-Quran dengan saksama, akan memahami bahwa dengan perantara kisah-kisah itu Allah ingin menyampaikan inti penting yang dikemas dalam bentuk cerita dan kisah. Penuturan kisah-kisah dalam Al-Qur’an sarat dengan muatan edukatif bagi manusia, khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang mentauhidkan Allah swt.[18] Karena itu ditegaskan Allah swt
öqs9ur $oYø¤Ï© çm»uZ÷èsùts9 $pkÍ5 ÿ¼çm¨ZÅ3»s9ur t$s#÷zr& n<Î) ÇÚöF{$# yìt7¨?$#ur çm1uqyd 4 ¼ã&é#sVyJsù È@sVyJx. É=ù=x6ø9$# bÎ) ö@ÏJøtrB Ïmøn=tã ô]ygù=tƒ ÷rr& çmò2çŽøIs? ]ygù=tƒ 4 y7Ï9º©Œ ã@sVtB ÏQöqs)ø9$# šúïÏ%©!$# (#qç/¤x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ 4 ÄÈÝÁø%$$sù }È|Ás)ø9$# öNßg¯=yès9 tbr㍩3xÿtFtƒ ÇÊÐÏÈ  
dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Jika ditelaah secara lebih jauh, kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat muatan kisah-kisah turun saat Nabi Muhammad saw di kota Makkah (periode Makkiyyah). Seperti dimaklumi, periode tersebut prioritas dakwah Rasulullah lebih banyak diarahkan pada penanaman aqidah tauhid. Hal ini memberikan isyarat bahwa, kisah-kisah sangat berpengaruh bagi upaya untuk mendidik seseorang yang awalnya belum memiliki keyakinan tauhid menjadi hamba Allah yang bertauhid. Selain itu, pada periode Makkah Nabi Saw juga banyak mengadakan upaya penanaman akhlaq al-karimah dari kebiasaan-kebiasan masyarakat jahiliyyah yang berperilaku tidak baik. Pemberian contoh kisah-kisah umat terdahulu beserta akibat yang dialami bagi orang yang menentang perintah Allah serta berperilaku tidak baik secara tidak langsung mengetuk hati orang yang merenungkan hikmah di balik kisah tersebut. Kisah menjadi sarana yang lembut untuk merubah kesalahan dan kekufuran suatu komunitas masyarakat, dengan tidak secara langsung menyalahkan atau menggurui mereka. [19]
Seorang pendidik harus mampu memberikan variasi metode mengajar dengan menyisipi berbagai carita dan kisah yang relevan dengan materi dan tujuan pengajaranDalam realitas masyarakat saat ini, maraknya penayangan film baik dalam layar lebar maupun layar kaca, penayangan sinetron, teater, kesenian tradisional ketoprak ataupun wayang kulit merupakan bagian tak terpisahkan dari bentuk kisah-kisah atau cerita-cerita yang dikemas dengan berbagai sarana. Semua sarana kisah tersebut tentu sangat memberikan pengaruh bagi sikap (afektif) maupun kejiwaan (psikomotorrik) para pemirsa maupun pendengarnya. Kenyataan ini menunjukkan betapa pentingnya kisah-kisah bagi kehidupan manusia. Karena itu, sangatlah tepat jika dalam Al-Qur’an tidak terdapat kisah-kisah ataupun cerita-cerita yang biasa dijadikan rujukan bagi kehidupan manusia. Dunia pendidikan pada hakikatnya menjadi upaya menjelaskan hasil eksperimentasi sebuah kisah kehidupan umat manusia sepanjang sejarah. Namun, dalam pendidikan tentu tidak akan mengambil semua kisah, hanya kisah-kisah yang positif dan konstruktif yang dijadikan rujukan. Pengambilan kisah teladan ini sekaligus memiliki kesamaan dengan misi al-Qur’an yang ingin membawa manusia kepada sosok insan paripurna (al-insan al-kamil) yang memiliki budi pekerti yang luhur (al-akhlaq al-karimah).[20]
Begitu pula sangat selaras dengan misi Rasulullah SAW yang diutus untuk membawa rahmat bagi alam semesta. Pendidikan yang baik pada ujungnya juga ingin membawa manusia serta kehidupan di dunia ini bisa sejahtera secara lahir dan batin, suatu kehidupan yang dipenuhi dengan sikap saling merahmati antara sesama manusia, bahkan juga sesama makhluk di bumi ini.[21]
F.   Objek yang dikisahkan dalam al-Qur’an
  1. Pelaku (al-Syaksy). Dalam Al-Qur’an para aktor dari kisah tersebut tidak hanya manusia, tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hud-hud.
  2. Peristiwa (al-Haditsah). Unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam suatu cerita, sebab tidak mungkin, ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya. Berkaitan peristiwa, sebagian ahli membagi menjadi tiga, yaitu
a)    peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qadla-qadar Allah dalam suatu kisah.
b)   peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai tanda bukti kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun mereka tetap mendustakannya lalu turunlah adzab.
c)    peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang baik atau buruk, baik merupakan rasul maupun manusia biasa.
  1. Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa. Isi percakapan dalam Al-Qur’an pada umumnya adalah soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitan manusia, keesaan Allah, pendidikan . Dalam hal ini Al-Qur’an menempuh model percakapan langsung. Jadi Al-Qur’an menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya. [22]






PENUTUP
Dari uraian makalah di atas kita dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya:
1.    Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang tidak dapat diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
2.    Sebagian isi kandungan dalam Al-Qur’an kebanyakan memuat tentang qashas (sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat Islam).
3.    Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
4.    Tujuan kisah Al-Qur’an adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.
5.    Kisah dalam Al-Qur’an dibedakan tiga macam, yaitu: kisah dakwah para nabi, kejadian umat terdahulu dan kejadian di zaman Rasulullah Muhammad saw.
6.    objek kisah Al-Qur’an juga ada tiga, yakni: adanya Pelaku, kejadian atau peristiwa dan percakapan.
7.    Inti dari fungsi kisah dalam Al-Qur’an adalah untuk dakwah menegakkan kalimat tauhid, membantah kebohongan kaum kafir serta menjadikannya sebagai pelajaran yang amat berharga bagi umat Islam.







Daftar Pustaka
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif,  1997.
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih,terj. Moh.Zuhri dan Ahmad Qarib Semarang: Dina Utama, 1994.
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta: Bulan Bintang. 1972.
Fajrul Munawir dkk. Al-Quran. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Ibnu Katsir. Qashash Al-Anbiya. terj. Dudi Rosyadi. Jakarta: Pustaka Kautsar. 2012
 Jurnal Al-Bidayah jurnal pendidikan guru madrasah ibtidaiyah. Yogyakarta: UIN Suka Press, 2009.
Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Quran, trj.  Maulana Hasanuddin,  Jakarta: Pustaka Nusantara, 2009.
Mushaf Al-Qur’an.




 [1] A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif,  1997), hlm. 1126
[2]  Hasbi Ash-Shidiqi, Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta: Bulan Bintang. 1972, hlm.179.
[3] Q.S. Al- Imran (3): 62.
[4] Q.S.Yusuf(11):111.
[5]Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Maulana Hasanuddin,  (Jakarta: Pustaka Nusantara, 2009), hlm. 435-436.
[6]  Hasbi asy-Shidiqi, ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta: Bulan Bintang. 1972, hlm.179
[7] Jauhar Hatta Hasan, Urgensi Kisah Kisah dalam Al Qur’an Al Karim bagi Proses Pembelajaran PAI pada MI/SD, dalam Jurnal Al-Bidayah: jurnal pendidikan guru madrasah ibtidaiyah,( Yogyakarta: Uin Suka Press, 2009),  hlm. 23.

[8]  Baca Tim Pentahkik, Mukaddimah Kisah Para Nabi,Kisah Terbaik, dalam  Ibnu Katsir, Qashash Al-Anbiya, terj. Dudi Rosyadi, (Jakarta: Pustaka kautsar, 2012), hlm. 1-5
[9] Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, (Semarang: Dina Utama, 1994), hlm. 32.
[10] Q.S. Ar-Rum (30):1-4)
[11] Q.S. Al-Anbiya’(21):25.
[12] Q.S. Hud (11): 120.
[13] HasbyAsh-Shiddiqey, Ilmu-ilmu Al-Quran... hlm. 180. Dan mana’
[14] Sesudah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka sebagai hukuman. Nama-nama makanan itu disebut di dalamnya. Lihat selanjutnya surat An Nisa' ayat 160 dan surat Al An'aam ayat 146. Al-Qur’an dan Terjemah Departemen Agama Islam Republik Indonesia.
[15] HasbyAsh-Shiddiqey, Ilmu-ilmu Al-Quran... hlm. 181.
[16]Ibid., hlm. 181.
[17] Manna’ Khalil  al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, hlm.438.
[18] Jauhar Hatta Hasan, Urgensi Kisah Kisah dalam Al Qur’an Al Karim bagi Proses Pembelajaran PAI pada MI/SD, dalam Jurnal Al-Bidayah...hlm.35.
[19] Ibid., hlm. 36.
[20] Baca Manna Khalil al-Qattan, studi ilmu-ilmu Qur”an...hlm.441.
[21] Ibid.,hlm.36-37
[22] Fajrul Munawir dkk. Al-Quran. (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005). Hlm. 108-109

Tidak ada komentar:
Write komentar